#2 SIDANG SKRIPSI: TIM HORE

Alhamdulillah, rasa syukur tidak terkira pada salah satu perkara yang dinantikan akhirnya terselesaikan. Jazakumullahu khair kepada seluruh pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung hingga titik ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga berkah rahmat illahi melimpahi jasa-jasa kalian..

Seputar Pondok Pesantren Nurul Amin Muhammadiyah Alabio

Di daerah Alabio terdapat sebuah pondok pesantren yang sederhana tapi patut diacungi jempol.

Paradigma Penjara Suci

Tentu pembaca sudah tau kan apa makna sebenarnya dari istilah penjara suci?. Ya… penjara suci adalah istilah sebutan untuk Pondok Pesantren.

Kemah Kader Sebagai Pemeriah Milad IMM ke 52 di Kalimantan Selatan

Salah satu bentuk pemeriahan milad IMM ke 52 yang dipersembahkan oleh IMMawan dan IMMawati Kalimantan Selatan adalah kemah kader yang diikuti oleh PC dan PK IMM se Kalimantan Selatan pada jum'at-sabtu, 18-20 Maret 2016 di lapangan SD Alam Landasan Ulin Banjarbaru.

Penghujung Periode

Ikatan Mahasiswa muhammadiyah Universitas lambung Mangkurat Banjarmasin

Saturday, September 15, 2018

Menerima

   


    Menerima adalah bukan kata yang sederhana. Jika ada anggapan bahawa menerima adalah sederhana maka saya sangat kagum padanya.
     Menerima erat kaitannya dengan ikhlas. Iklas dengan segala sesuatu yang terjadi dengan lapang dada.
     Dihujani dengan kenyataan-kenyataan tidak sesuai ekspektasi, masalah-masalah hati, persahabatan, pertemanan, kekeluargaan, hubungan, pasangan lalu harus belajar untuk mengikhlskan
     Kunci menerima perlu keikhlasan maka liberasi ikhlaspun harus diputuskan. Tidak bisa berhenti sampai menggali sedalam-dalamnya lalu menimbun, namun bergulatlah dengan semua timbunan tanah itu. (Kunwa)




Friday, June 8, 2018

Paradigma Penjara Suci

Prosesi perpisahan dengan segala kesederhanaan yang meninggalkan sejuta kesan di Pondok Pesantren tercinta Nurul Amin Muhammadiyah Alabio
        Tentu pembaca sudah tau kan apa makna sebenarnya dari istilah penjara suci?. Ya… penjara suci adalah istilah sebutan untuk Pondok Pesantren. Pertama kali saya mendengar istilah ini ketika ada yang membawakan puisi berjudul penjara suci di musabaqah tahunan.
      Dulu kebanyakan orang memiliki anggapan bahwa Pondok Pesantren adalah tempat untuk menuntut ilmu agama dengan intensif. Namun, semakin kemari anggapan masyarakat sudah berubah. Pondok Pesantren adalah tempat untuk mengungsikan anak-anak yang bandel. Saya pernah terlibat dalam sebuah diskusi di kelas mengenai mendidik anak. Dan solusi untuk mendidik anak yang bandelatau susah diatur adalah dengan memasukkan ke Pondok Pesantren. Miris sekali saya mendengarnya. Bayangkan saja jika semua anak nakal masuk Pondok Pesantren kemudian si sesama yang dicap nakal itu berteman??? Mereka akan semakin bersemangat karena bertemu dengan sejenisnya.
      Sebenarnya tidak ada yang salah dengan niat baik dan ikhtiar dari si orang tua yang menginginkan lingkungan yang lebih baik untuk anaknya. Namun perlu disadari sebelum ingin mendaftarkan anak mereka di Pondok Pesantren harus ada pendahuluan dengan latar belakang atau pengantar dan alasan  yang tepat dari orang tua. Bukan justru malah dengan kalimat
      “jika kamu nakal kamu bapak/ibu masukkan ke pesantren”
      “bapak/ibu tidak sanggup lagi mendidik kamu, akan kami masukkan ke pesantren”  atau
     “kamu sulit sekali diatur, bapak/ibu daftarkan ke pesantren”.

      Pembaca yang budiman tentu tidak setuju dengan kalimat-kalimat tersebut bukan?. Itu semua akan meninggalkan kesan di diri anak bahwa saya dimasukkan di pesantren karena diungsikan oleh orang tua, karena saya nakal dan sebagainya. Main untung-untungan kalau si anak mau berfikir lalu berubah, kalau dia justru memberontak dan pada akhirnya kharisma, wibawa orang tua akan hilang di mata anak.

     Alangkah lebih baiknya jika mengganti mindset. Mengembalikan pemikiran bahwa Pondok Pesantren adalah tempat untuk menuntut ilmu agama. Kemudian memberikan pengertian kepada anak bahwa didaftarkannya si anak ke pesantren adalah untuk menuntut ilmu agama, untuk belajar agama, agar lebih faham dan belajar untuk mengamalkan di lingkungan pesantren dulu, serta agar selamat di dunia dan akhirat, juga menjelaskan pesantren adalah tempat pendidikan terbaik . tentu ada harapan dibalik itu semua, tetapi cukup disimpan dalam hati dan disampaikan kepada Rabb bahwa ini adalah ikhtiar bapak/ ibu menyelamatkan anak dan semoga si anak diberi pemahaman agama sehingga daat merubah prilakunya.

                Dengan seperti itu, semuanya akan terasa ringan, bukan?. Si anak akan merasa bahwa orang tuanya sangat memperhatikan pendidikannya. Mengharapkan anaknya mendalami ilmu agama. Sangat peduli dengan dirinya dan sebagainya. Juga si anak akan memahami kenapa ia masuk pesantren.

                Mari kita menjadi masyarakat yang cerdas dalam memaknai dan melihat sesuatu. Sebuah kalimat negative akan sangat mudah diingat dan bahkan sangat merekat dalam fikiran manusia, tetapi, jika kalimat baik justru akan mudah sekali hilang dari ingatan.

                Saya menulis seperti ini karena kebetulan saya juga seorang santri yang sekarang naik tingkat jadi alumni santri. Dunia alumni santripun sangat menakutkan, mungkin akan saya bahas dipostingan selanjutnya.

                Dan mari kita sama-sama belajar ilmu agama di temapt yang lebih strategis dan cocok. Saran saya adalah dengan mendaftarkan di pesantren. Apalagi melihat arus zaman yang semakin sulit ini. Khawatir anak tidak dapat membentengi diri dan orang tua juga bisa luput untuk pengawasan. Dan terutama jangan lupa kalimat pengantar adalah hal yang penting.

                Mari kembali ke pendidika pesantren

Wednesday, June 6, 2018

Problematika, Dilematika Ujian: Bagaimana, Pilih yang Mana


                Hari ini saya kembali dikecewakan oleh diri sendiri. Akibat kenangan beberapa tahun lalu yang terukir bersama di masa putih abu-abu. Ini bukan kenangan biasa. Kita menjalani hampir 3 tahun. Dan semua kenagan itu hancur di akhir tahun ke 3. Sedikit mengecewakan, tetapi memang kehancuran itu sudah sesuai prosedur, sesuai perjanjian tak tertulis kita. Dan hari ini saya dibuat untuk teringat masa-masa itu. MALU…. Saya MALU dibuatnya….


Sebenarnya ini adalah hal yang lumayan sensitive, bagaimana tidak, ini menyangkut HAM (Hak Asasi Manusia). Tetapi perlu diingat saya juga manusia yang mempunyai hak.

Sudah beberapa hari ini instansi saya mengadakan ujian akhir semester, rutinitas setiap akhir semester. Namun tentu ujian di perkuliahan berbeda dengan di sekolah. Ujian itu bisa berua soal yang dikerjakan di rumah, di kelas, open book, open phone dan sebagainya. Hanya ada satu hal yang tetap sama di berbagai ujian baik diberbagai tingkatan. HONESTY

Saya berbicara tentang kejujuran bukan berarti saya seorang yang jujur di setiap ujian kapanpun dimanapun. Saya juga manusia biasa yang bisa digoda setan, walaupun sudah berusaha keras untuk memegang prinsip itu, Astaghfirullah

Tetapi yang sangat membuat saya malu, semakin tinggi tingkat pendidikan sesorang justru malah semakin tinggi juga tingkat ketidak jujuran. (ini hanya perbandingan sepihak dari saya pribadi berdasarkan perjalanan pendidikan dari SD hingga Kuliah).

Bercerita sedikit mengenai ujian/ ulangan di riwayat pendidikan saya yaitu di Madrasah Aliyah/SMA agar tidak terlalu jauh dengan jenjang yang sedang saya alami. Apapun jenis sekolahnya baik dengan latar belakang agamis atau umum yang namanya ulangan harus jujur tidak boleh curang.

Dari kelas sepuluh sampai dua belas Alhamdulillah Allah selalu memberi kami rasa malu dan bersalah ketika curang. (bersyukurlah jika kalian merasakan, tandanya Allah masih peduli dengan memberi rasa itu). Yang lebih bersyukurnya saya dianugrahi teman yang anti curang, dan Allah mengizinkan saya untuk terpengaruh tidak curang. BERAT, karena di sekolah kita masih bersaing rangking. Tetapi tentu ada jalan untuk tetap bisa bersaing di rangking. Di sini saya di paksa untuk belajar sungguh-sungguh, apalagi saya mempunyai kakak yang terbilang berprestasi sehingga sebuah kemaluan jika saya tidak bisa berprestasi. Jujur saja.

Ada hal unik semasa Madrasah Aliyah saya dulu, sepengamatan saya satu kelas saya dulu ( XI, XII IPA) tidak bakal curang jika semua warga kelas tidak curang (membuka buku) . Sekalipun ada yang curang, selepas ulangan seperti mempunyai kesalahan besar dan kemudian seperti tidak tenang. Namun, ketika kami berada di titik puncak kebingungan barulah kami bersepakat untuk membuka buku. Dan harus dibagi satu kelas. Berarti tetap saja kita tidak jujur, tetapi setidaknya tingkat ketidak jujuran kami rendah. hehe

Karena perjanjian tidak resmi itu, kami harus lebih giat belajar agar bisa menjawab soal ulangan. Belajar hingga larut malam, pantang tidur sebelum hafal dan paham. Yang sangat disayangkan kami kalah melawan hawa nafsu diri sendiri ketika Ujian Nasional.

Curang tentu sangat popular di kalangan pelajar ketika ulangan. Semua tergantung pada kita dan kembali pada kita yang memilih dan menentukan. Ingin bersenanga senang dahulu, bersakit-sakit kemudian atau sebaliknya.

Memang benar jika dikatakan prilaku seseorang itu akan mirip prilaku sahabat/ teman/ dengan siapa bergaul. Dengan siapa dia berteman akan seperti itu juga dia.

Bukan berarti juga saya tidak ingin berteman dengan siapapun yang curang karena kalau kita selalu berteman dengan orang baik, kita tidak akan pernah tau bagaimana bentuk suatu kecurangan. hehe

Manfaat dari curang adalah mendapat nilai yang bagus. Namun apalah arti sebuah nilai jika di dapat dari hal yang haram.

Kemudian fenomena yang terjadi sekarang ini jika masih ada siswa atau mahasiswa yang berbuat curang siapa yang harus membantu menyelesaikan???.

Wal akhir, sebenarnya saya hanya mempermalukan diri saya yang belum bisa berbuat maksimal dan  memberi pengaruh agar membudayakan ujian jujur dan pentingnya belajar sungguh-sungguh. Jangankan ingin membawa pengaruh, kualitas belajar sayapun sangat turun, bereda semasa di sekolah. (nampaknya saya terlalu larut kedalam dunia anak sosial yang katanya santai, padahal salah penafsiran ini :D)

Saya ingin teman yang mau mengingatkan akan akhirat dan mampu saling menguatkan…..

bersambung.... in the next page in syaa Allah

Monday, June 4, 2018

Buka Stand Yakin Untung atau Berani Buntung

   


   
      Rabu-jum'at, 2-4 Mei 2018 PK IMM ULM Banjarmasin ikut serta meramaikan bazar yang diadakan oleh Hima Pendidikan Ekonomi FKIP ULM. Sebenarnya setiap tahun masing-masing HIMA di FKIP selalu mengadakan bazar dalam acara diesnatalisnya, namun baru kali ini IMM ULM dibukakan hati dan diberi kekuatan siap menerima segala resiko.
      Kalau berbicara tetangga stand tentu membuat kita ciut, bagaimana tidak, mereka pekerjaan utamanya adalah pedagang yang lumayan terkenal di Banjarmasin, sedangkan kami adalah mahasiswa yang aktif kuliah :D.
     Hari pertama, rabu, kami belum bisa menjual apa-apa. Sebenarnya info mengikuti bazar ini sudah sejak lama tetapi karena entah kelalaian atau ada kesibukan yang menjadikan semuanya terbengkalai. Memang di akhir april lalu ada kegiatan besar yang juga saya sendiri menjadi panitia sekaligus instruktur dadakan di acara tersebut. Namun sebenarnya itu tidak bisa diterima untuk dijadikan alasan. Ya! itu memang kekurang kami yang bisa melalaikan.
     Di  hari kamis kami memulai untuk menjual beberapa produk produksi kader sendiri. dan alhamdulillah, ludes.
     Di hari berikutnya, jum'at kami menjual produk produksi kader sendiri. dan alhamdulillah di hari itu kami bisa berbagi dengan orang lain. dalam artian produk kami tidak habis. Karena banyak kecerobohan yang kami lakukan.
     Mungkin jika membaca beberapa paragraf di atas, pembaca sudah bisa menyimpulkan bahwa kami adalah orang yang ceroboh dan lalai. Namun, sebenarnya itu hanyalah godaan bagi para pembaca. Sampai batas mana pembaca dapat menahan rasa suudzonnya.
     Kami masih sangat baru belajar dan merintis, apalagi darah muda adalah dara yang menggebu-gebu, sehingga masing-masing mempunyai darah yang panas. bagaimana bisa memanagemen para kaum muda jika tidak ada yang tua. Oleh dari itu kami memberanikan diri untuk membuka stand di bazar ini untuk menambah list pengalaman dan dapat mengambil pelajaran dalam kegiatan tersebut.
     pelajaran pertama, sebegitu pentingnya akan sebuah prencanaan. dalam teori memang sudah pernah kami pelajari khususnya saya karena memang kebetulan background prodi adalah pendidikan ekonomi. namun hanya tau teori. disini akhirnya saya dapat benar-benar memaknai sebuah teori.
     pelajaran kedua, makna sebuah kebersamaan. dalam mempersiapkan semuanya di hari H sampai kita perlu untuk bermalam. menghabiskan malam bersama para kader. di stand pun kami sering berkumpul dan membahas apapun. seakan-akan kami hanya menyewa untuk duduk-duduk.
     pelajaran ketiga, pentingnya harus berani promosi. kalau dilihat bentuk promosi sangatlah mudah namun ketika sudah praktik terjun itu rasanya sangat berat keculai dengan teman-teman sebaya.
    itu dulu yang dapat saya bagi. terutama yang dapat diambil dan dirasakan adalah menahan rasa sabar di hati.

terima kasih Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah lagi-lagi di sini aku harus terus belajar bersabar setelah aku lulus ujian kesabaran di Pondok pesantren. semoga Allah mengistiqomahkan hati untuk selalu ada Dia di hati saya.

     dan perlu diketahui untung kami sangat sedikit tetapi kami puas





Monday, April 23, 2018

Saya, Kamu, Dia, mereka, kita dalam IMM: Satu Ikatan Se Nusantara



"Singkat cerita sebenarnya sempat terbesit di benak saya, ini kok responnya seperti ini, kira-kira berkenan tidak ya, dan banyak lagi pikiran-pikiran negative yang terlintas."
Selasa, 17 April 2018 lalu kampus saya mengadakan kunjungan studi banding di Universitas Pendidikan Indonesia tepatnya studi banding dengan Fakultas Pendidikan Ekonomi. Di UPI Pendidikan Ekonomi  adalah sebuah Fakultas, berbeda dengan pendidikan ekonomi di Universitas Lambung Mangkurat yang adalah sebuah Program Studi dengan memiliki dua konsentrasi Pendidikan Bisnis dan Pendidikan Akuntansi, namun saya do’akan kalau memang bisa, layak dan sesuai semoga Pendidikan Ekonomi di ULM juga segera menyusul menjadi sebuah Fakultas, Aamiin.
Beberapa hari sebelum keberangkatan saya sempat menghubungi seorang teman yang berkuliah di UPI Bandung. Sebenarnya saya seperti sudah lancang dan pe-de sekali kalau menyebut dia teman, mungkin kalau dia membaca cerita ini dia akan berucap “ai maneh saha?”  karena bertemu pun tidak pernah, jangankan bertemu, berkenalanpun baru saat pertama kali menghubunginya.
Singkat cerita sebenarnya sempat terbesit di benak saya, ini kok responnya seperti ini, kira-kira berkenan tidak ya, dan banyak lagi pikiran-pikiran negative yang terlintas. Namun, saya berusaha menghibur diri saya sendiri dengan berhusnudzon maklumlah kan yang dihubungi berjenis kelamin laki-laki, kalau terlalu mendayu-dayu nanti jatuhnya malah aneh. Dan tentunya penyemangat yang tak kalah kuat adalah ‘niat’ untuk apa saya ingin bertemu.
H-1 pun tiba lagi-lagi saya hubungi untuk bertanya kejelasan, karena mana ada manusia yang ingin di gantung, bisa matilah kita. Alhamdulillah setidaknya ada respon walau tetap saja ada sedikit rasa khawatir jika malah akan mengganggu aktivitas mereka. The power of pasrah.
The day, saya putuskan untuk tidak menghubungi, apapun yang terjadi yoweslah. Pukul 10.26 ada pesan masuk “gimana mbak udah di upi?”. Alhamdulillah. Singkat cerita tentu kita bertemu walaupun belum pernah bertemu ada satu tanda yang bakal mudah di ketahui, pakaian merah marron. Berbicara mengenai cara bertemu dengan orang baru jadi teringat dengan kisah pertemuan saya dan partner sebelum DAD, hanya iklan.Kembali ke topik. Alhamdulillah silaturahmi kita disambut hangat oleh teman-teman UPI, walau hanya berdua tetapi mereka yang menemui saya –kita- adalah para pejuang dan petinggi di PK IMM UPI, satu ketum demisioner dan satu ketum belum dilantik dalam artian fresh terpilih.
Sedikit sharing dengan mereka ternyata keadaan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di UPI dan di ULM tidak begitu jauh berbeda, apakah  memang keadaan ini terjadi rata-rata ada di setiap kampus PTN, atau hanya di beberapa saja?. Keadaan yang di maksud di sini sangat luas, baik negatif atau positif. Menurut pengamatan hanya terjadi di beberapa PTN saja, karena seperti di UIN Antasari Banjarmasin, Unair, dan banyak lagi mereka sudah mempunyai korkom yang artinya di kampusnya memiliki lebih dari satu komisariat, dan itu sunggu luar biasa. Tetapi sekali lagi di masing-masing komisariat saya sangat percaya pasti mempunyai kelebihan tersendiri baik di bidang keagamaan, keilmuan, dan kemasyaraktan.
Terima kasih kepada teman-teman dari Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah UPI Bandung ketum Syahrun dan mantum Mas Amin yang sudah bersedia menemani saat di UPI, juga atas hasil bincang-bincang yang inhsaa Allah bisa diambil hikmahnya dan yang awalnya ingin jalan-jalan malah hanya duduk-duduk saja, yang sudah ngajak makan tapi kami merasa tidak enak dengan teman-teman yang lain, padahal sejujurnya ingin sekali merasakan makanan di kantin UPI dan itu termasuk ekspektasi saya. Ketika teman-teman yang lain hanya berjalan-jalan keliling UPI ditemani guide dari BEM saya hanya akan duduk-duduk di kantin seraya bercengkrama dengan anak-anak IMM UPI sambil melihat teman-teman yang lain keliling-liling, -terkesan jahat sekali ya, namun siapa sangka, bisa jadi hanya dengan duduk-duduk bisa jauh lebih banyak mendapat informasi dan banyak manfaat-  karena awalnya saya dapat bagian observasi.
Juga maafkan kami bila ada tingkah, ucapan, perbuatan dan langkah kami yang membuat tidak berkenan. Relakan. Semoga suatu waktu bisa bertemu atau sharing lagi.
Untuk kali ini hanya bisa menggunakan kalimat “ayo sama-sama berjuang bukan ayo berjuang sama-sama”, karena sudah terkait beda letak geografis, pun masih bisa digunakan “ayo berjuang sama-sama” tetapi dalam lingkup memajukan ikatan.
Sekian, panjang cerita dari perjalanan kehidupan, Alhamdulillah terima kasih atas segalanya. (Kunwa)

Billahi fii sabiilil haq, Fastabiqul Khairat

Beberapa moment yang sempat terabadikan, iya saat momen berfoto. PK IMM ULM Banjarmasin dan PK IMM UPI





Monday, March 12, 2018

Perjalananku Bersamanya

Kalian tau, dulu
kita tak saling mengenal
Aku tak kenal dia
Diapun tak mengenalku

Kalian tau,
Bagaimana kami bisa mengenal
Tentunya tak kenal begitu dalam,
hanya sebatas nama dan perguruan tinggi

Beberapa kali,
kita saling mengirm pesan
Berbalas pesan
Kita masih belum pernah bertemu
Rasanyapun biasa, tidak istimewa

Aku mengenalnya dari temanku
Dia keluarga temanku

Kalian tau,
Akhirnya
Kita berjanji untuk bertemu
di tempat yang sangat suci

Rumah Allah
Di sana menjadi tempat pertama ku melihatnya :)
Aku senang, akhirnya

Kita saling kirim foto 
Foto baju yang sedang dikenakan
Lucu, aneh
kenapa harus baju yang sedang dikenakan
kenapa tidak foto wajah saja
Tetapi, aku suka

Ketemu,
Aku tau kamu, kamu tau aku
Kita berbincang, sedikit.
Lalu kita membuat janji di sore hari untuk pergi bersama ke tempat itu
Aku senang

Hari itupun datang
Kita bertemu kembali, pergi menggunakan motor masing-masing

Kami mengikuti kegiatan yang sama
Lagi-lagi kami pergi, 
menggunakan motor masing-masing

Dikegiatan itu
Aku sering bersama dengannya, 
begitu juga dia

Masa ke masa 
Aku semakin dekat dengannya
Kami jadi sangat sering berbalas pesan
dari yang benar-benar penting ataupun sekedar saling sapa

Kalian tau,
tidak sekedar itu
Kami sering membuat janji untuk bertemu
sekedar duduk berbincang atau
makan bersama di luar
Saling menemani untuk berbelanja
dan masih banyak lagi

Suatu masa
Kita pergi bersama lagi di sebuah kegiatan
Ya!
Lagi-lagi kami pergi,
menggunakan motor masing-masing

Kami semakin dekat
Dekat sekali
Bahkan bisa dikatakan seperti mempunyai ikatan batin
Berfeeling satu sama lain
Saling dukung, saling mengingatkan
Teman berbicara terbaik
Aku berkeluh dengannya, pun dia

Tetapi, Kalian tau
Tidak selamanya,
kami mempunyai hubungan yang lancar
Beberapa kali aku marah
Mengacuhkannya
Entahlah,
dia pernah marah denganku atau tidak

Kami satu perkumpulan
Dan aku selalu berpartner dengannya
Hingga detik ini pun kita saling beriringan

Belakangan pun aku tau
Ternyta dia bisa memahami dan memaklumiku
Tandanya dia berusaha tidak pernah marah denganku
Maafkan aku,
Maafkan aku yang pasti pernah marah

Maafkan aku
Tetapi percayalah,
Buktiku menikmati pertemanan ialah pernahnya diriku marah

Terima kasih
Terima kasih atas semuanya

Teruntuk sahabat, keluarga, teman seperjuanganku IMMawati Aan



Sepenggal Ceritaku Bersamanya

    
     Tahun ini telah menjadi hampir ke tiga tahun saya mengenalnya. Berawal dari  yang hanya mengetahui nama panjang dan orang tuanya sampai mengetahui hal-hal yang menarik darinya, walaupun jujur saya masih belum bisa mengatakan "saya benar-benar mengenalnya".
     Begitu banyak cerita hidup saya alami bersamanya sejak awal memasuki dunia perkuliahan. Memutar kembali awal cerita saya mengenalnya memang bukan dari ajakan seseorang, bukan dari melihat fotonya, itu terjadi begitu saja, tiba-tiba ingin mengenalnya dan harus tau tentangnya.
     Saya bertanya dengan salah satu kakak kelas dulu ketika di ma'had yang juga satu perguruan tinggi dengan saya namun berbeda jurusan. Menanyakan apakah ada keberadaannya di PTN kami. Ternyata ada. Saya girang sekali saat itu, tak sabar untuk semakin mengenalnya. Walaupun tidak murni beraoh hanya dari PTN yang kami duduki. Aku selalu bertanya bertanya dan bertanya, 5W+1H lengkap. Dikenalkannya lah saya dengan seseorang yang konon kata kakak kelas saya lebih mengenalnya. Sore itu kita ber tiga membuat janji untuk bertemu. Saya sangat bersemangat. Seseorang teman kakak kelas saya memberikan formulir yang harus di isi untuk bisa lebih mengenalnya.
     Singkat cerita saya resmi bisa bersamanya. Hari-hari, berganti minggu, bulan dan bulan. Rasanya sungguh berat. Saya sangat ingin berada dia antara mereka-mereka yang juga mengenalnya, bercanda, berkumpul, berkegiatan bersama dll. Namun apa!!!!. Kata orang, kita satu keluarga, kita semua saudara dan harus saling peduli, tetapi kenyataannya?????. Yaahhh apalah saya yang baru dan masih malu-malu ini.
     Tak jarang saya berangkat untuk lebih mengenalnya dan pulang lagi. Tak sampai tempat tujuan, hanya karena tak punya gandengan, memang tidak ada mereka-mereka yang peduli, kepedulian yang hanya sampai di pesan line. Saya kecewa dan ingin berhenti dan menyerah untuk tetap bertahan. Ternyta, rasa ingin berhenati lebih berat dari pada bertahan.
     Pernah suatu saat, saya ingin pindah, pindah tempat. Saya tidak ingin bergabung dengan mereka yang sekrang. Saya mengadu dengan teman-teman seperjuangan, "andaikan boleh, saya ingin pindah bersama kalian, walaupun saya tidak berkuliah di kampus kalian, saya ingin bertahan, tetapi sakit untuk bertahan".
     Seiring berjalannya waktu, masa itupun terlewati. Sepanjang masa itu ada beberapa yang selalu membuatku kuat, salah satunyapun mereka. Saya termotivasi untuk tidak kalah menyerah  dihadapan mereka. Alhamdulillah tetap masih ada dia yang selalu mengajak. Dan sekarang saya berada di posisi dia, sekarang saya sangat memahami apa dan bagaimana yang dia rasakan. Terima kasih sudah membuat saya tetap ingin bertahan.
     Tersebut sepenggal konflik yang saya alami di awal mengenalnya.
     Berbeda zaman akan berbeda pula tantangannya. Dulunya konflik dengan yang lebih dulu, sekarang konflik dengan sebaya dan lebih lambat mengenalnya.
     Apalagi saat ini, periode ini saya di amanahi sangat berat sekali menjadi ketua umum semoga Allah memberikan ampunan, berkah, dan hidayah selalu, serta kuat tabah hati, Aamiin.
     Pesan saya kepadamu, setiap orang berbeda, begitu juga minat dan gaya kepribadiannya. Bukan berarti tidak hadir, tidak ada ketertarikan atau tidak dipercayakan, bisa jadi lawan sudah memahami.
bersambung.....
   

Saturday, February 10, 2018

Opini Kehidupan

   
     Hidup itu simpel, yang ribet itu yang hanya memikirkannya saja.

Opini kehidupan dari Aulia*
Hidup berbataskan sesuai Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan berusaha menjalankan perintah Allah dan Rasulullah**
    
     Teori itu mudah, apalagi kalau tinggal dibaca. Walau untuk menemukannyapun perlu penelitian yang panjang dengan peluang gagal berkali-kali. Yang sulit itu menerapkan dalam kehidupan, harus kembali menelaah tentang teori tersebut, tidak hanya diambil mentahnya saja, dan akan berlaku lebih luas lagi.
     Menurut saya dalam bersosialpun tidak perlu terlalu banyak pertimbangan ngalor ngidul. Cukup sebatas "kalau itu dilarang Allah, yaa sudah tidak usah di kerjakan" dan "kalau memang itu perintah Allah yaa harus di kerjakan". 
     Islam sendiri bukan agama yang mempersulit. Menurut saya sulitnya sesuatu itu terjadi karena kita tidak menyukainya. Hal-hal yang disukai tentu akan dengan mudah dan ringan tangan untuk dihadapi. Saya mengambil kesimpulan berarti itu tujuan mengapa umat islam harus mencintai Allah, agar ringan menjalankan perintah dan larangannya. Kalau diperluas (maafkan karena sedikit tidak sopan) seperti mereka-mereka yang punya kekasih berstatus haram, mereka akan dipenuhi rasa senang hati dan takut berkaitan tentang kekasihnya -saya kok sok tau sekali ya, padahal saya sendiri belum pernah merasakannya langsung :v. Maafkan, ini hanya menurut analisa diri pribadi :)- 
     Tujuan Allah menciptakan manusia tidak lain dan tidak bukan pun hanya beribadah, cuma satu. Namun jangan hanya berfikiran beribadah itu sebatas sholat lima waktu. Beribadah dalam kehidupan bermasyarakat, bersekolah, ber ber sangat banyak. Sehingga Allah pun memerintahkan untuk seimbang dalam hablum minallah dan hablum minannas. Walaupun tekstualnya itu hablum minannas adalah hubungan dengan manusia yang kalau dilihat sekilas itu duniawi, namun kalau di dasari karena mengharapkan berkah dari Allah, dan atas dasar menjalankan perintah Allah karena kecintaan kepada Allah dengan niat yang ikhlas adalah suatu ibadah. wallahua'lam
     Kecintaan mendasari segalanya. Sudah sangat melekat di mind set kita, pelajaran akan mudah jika gurunya cocok. Guru yang dianggap cocok berarti adalah guru yang disayanginya.
     Sedikit ingin menjelaskan opini saya di atas. Mindset yang tertanam pada diri saya itu sebagai penyemangat, penenang, dan motivasi terbagus. Apa apa dilarikan kepada Allah. Rasa kecewa karena asuatu kegagalan akan kembali biasa jika dikembalikan pada Allah. Suatu ketakukan akan hilang dengan dikembalikan pada Allah. Bahkan ketika ujian saya tidak bisa menjawab, saya kembalikan juga dengan Allah, toh kalau hanya salah menulis jawaban juga tidak apapa, inikan masalah duniawi juga, tidak berkairan dengan pedoman hidup. Dalam mengambil keputusanpun jika dirasa terlalu banyak yang merempongi saya suka langsung mengembalikan dengan Allah, toh tidak ada dalam al-qur'an juga, sudah niatnya saja lagi diluruskan. Apa-apa Allah, Allah, Allah, dan Allah. Walau saya sendiri itu tidak tau apakah itu salah di mata Allah, dan saya berharap tidak.
     Tidak neko-neko itu boleh, tetapi jadilah manusia yang tidak neko-neko cerdas. Memikirkan bangsa itu penting, apalagi hal yang sudah terlanjur terjadi. Tugas kita hanya menanggulangi dan mencegah, bagaimna mempengaruhi orang lain untuk tidak seperti hal yang menyimpang. Karena mengubah orang lain itu tidak mungkin. dengan Mempengaruhilah hal yang sangat berpeluang.
     Wallahua'lam... Astaghfirullah wa atuubu ilaik... Allahumma inni as'alukal hudaa...

*bukan berarti saya baik, hanya saja berusaha menuju baik hingga akhir hayat. Aamiin.
**hanya ingin berusaha baik, karena ingin menjadi orang baik, dan sebuah doa dan harapan, semoga kenyataan. Tentu seperti visi selalu memilih yang terbaik bukan????

Monday, January 29, 2018

Secuplik Mengenai Kelahiran

          Banjarmasin, 17 Rabi'ul Awwal 1438 H atau bertepatan pada 17 Desember 2016 menjadi sejarah bagi Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Universitas Lambung Mangkurat. BPH Pimpinan Komisariat Kayuh Baimbai sepakat untuk melakukan diaspora menjadi Pimpinan Komisariat Univeraitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Ini menjadi pemekaran ke dua di Banjarmasin
           Menilik kebelakang, sejarahnya yang berawal hanya dari PK IMM IAIN Antasari Banjarmasin lalu berhasil memekarkan satu komisariat menjadi PK IMM Kayuh Baimbai Banjarmasin. Dan hari ini 17 Desember 2016 di Banjarmasin PK IMM Kayuh Baimbai Banjarmasin kembali berhasil memekarkan satu pimpinan komisariat baru.
          Hari ini merupakan Musyawarah Komisariat pertama PK IMM Universitas Lambung Mangkurat bersama dengan PK IMM Kayuh Baimbai dengan tema "Transformasi Gerak Ikatan Demi Terwujudnya Tujuan Muhammadiyah".
          Tentunya ini menjadi satu kebanggaan bagi kader IMM Banjarmasin sendiri khususnya PK IMM Universitas Lambung Mangkurat yang merupakan PT yang bukan PTM. Menjadi sebuah prestasi karena bisa mencetak kader kader yang pasti menghidupkan IMM di lingkungan kampusnya.
          Dulu memang di Universitas lambung mangkurat sudah pernah memiliki Pimpinan Komisariat tetapi karena kadernya semakin hari semakin berkurang dan akhirnya hingga tersisa satu kader, setelah lulus vacumlah imm di Unlam.
          Rasa kegelisahan tentu muncul di hati para tetuha, ditakutkan akan salah satu komisariat menjadi vacum kembali. Dipenuhi dengan pro kontra namun dengan ikhtiar dan tawakal serta siap untuk terus mengawal akhirnya dengan bismillah PK IMM Kayuh Baimbai di mekarkan.