#2 SIDANG SKRIPSI: TIM HORE

Alhamdulillah, rasa syukur tidak terkira pada salah satu perkara yang dinantikan akhirnya terselesaikan. Jazakumullahu khair kepada seluruh pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung hingga titik ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga berkah rahmat illahi melimpahi jasa-jasa kalian..

Seputar Pondok Pesantren Nurul Amin Muhammadiyah Alabio

Di daerah Alabio terdapat sebuah pondok pesantren yang sederhana tapi patut diacungi jempol.

Paradigma Penjara Suci

Tentu pembaca sudah tau kan apa makna sebenarnya dari istilah penjara suci?. Ya… penjara suci adalah istilah sebutan untuk Pondok Pesantren.

Kemah Kader Sebagai Pemeriah Milad IMM ke 52 di Kalimantan Selatan

Salah satu bentuk pemeriahan milad IMM ke 52 yang dipersembahkan oleh IMMawan dan IMMawati Kalimantan Selatan adalah kemah kader yang diikuti oleh PC dan PK IMM se Kalimantan Selatan pada jum'at-sabtu, 18-20 Maret 2016 di lapangan SD Alam Landasan Ulin Banjarbaru.

Penghujung Periode

Ikatan Mahasiswa muhammadiyah Universitas lambung Mangkurat Banjarmasin

Friday, June 8, 2018

Paradigma Penjara Suci

Prosesi perpisahan dengan segala kesederhanaan yang meninggalkan sejuta kesan di Pondok Pesantren tercinta Nurul Amin Muhammadiyah Alabio
        Tentu pembaca sudah tau kan apa makna sebenarnya dari istilah penjara suci?. Ya… penjara suci adalah istilah sebutan untuk Pondok Pesantren. Pertama kali saya mendengar istilah ini ketika ada yang membawakan puisi berjudul penjara suci di musabaqah tahunan.
      Dulu kebanyakan orang memiliki anggapan bahwa Pondok Pesantren adalah tempat untuk menuntut ilmu agama dengan intensif. Namun, semakin kemari anggapan masyarakat sudah berubah. Pondok Pesantren adalah tempat untuk mengungsikan anak-anak yang bandel. Saya pernah terlibat dalam sebuah diskusi di kelas mengenai mendidik anak. Dan solusi untuk mendidik anak yang bandelatau susah diatur adalah dengan memasukkan ke Pondok Pesantren. Miris sekali saya mendengarnya. Bayangkan saja jika semua anak nakal masuk Pondok Pesantren kemudian si sesama yang dicap nakal itu berteman??? Mereka akan semakin bersemangat karena bertemu dengan sejenisnya.
      Sebenarnya tidak ada yang salah dengan niat baik dan ikhtiar dari si orang tua yang menginginkan lingkungan yang lebih baik untuk anaknya. Namun perlu disadari sebelum ingin mendaftarkan anak mereka di Pondok Pesantren harus ada pendahuluan dengan latar belakang atau pengantar dan alasan  yang tepat dari orang tua. Bukan justru malah dengan kalimat
      “jika kamu nakal kamu bapak/ibu masukkan ke pesantren”
      “bapak/ibu tidak sanggup lagi mendidik kamu, akan kami masukkan ke pesantren”  atau
     “kamu sulit sekali diatur, bapak/ibu daftarkan ke pesantren”.

      Pembaca yang budiman tentu tidak setuju dengan kalimat-kalimat tersebut bukan?. Itu semua akan meninggalkan kesan di diri anak bahwa saya dimasukkan di pesantren karena diungsikan oleh orang tua, karena saya nakal dan sebagainya. Main untung-untungan kalau si anak mau berfikir lalu berubah, kalau dia justru memberontak dan pada akhirnya kharisma, wibawa orang tua akan hilang di mata anak.

     Alangkah lebih baiknya jika mengganti mindset. Mengembalikan pemikiran bahwa Pondok Pesantren adalah tempat untuk menuntut ilmu agama. Kemudian memberikan pengertian kepada anak bahwa didaftarkannya si anak ke pesantren adalah untuk menuntut ilmu agama, untuk belajar agama, agar lebih faham dan belajar untuk mengamalkan di lingkungan pesantren dulu, serta agar selamat di dunia dan akhirat, juga menjelaskan pesantren adalah tempat pendidikan terbaik . tentu ada harapan dibalik itu semua, tetapi cukup disimpan dalam hati dan disampaikan kepada Rabb bahwa ini adalah ikhtiar bapak/ ibu menyelamatkan anak dan semoga si anak diberi pemahaman agama sehingga daat merubah prilakunya.

                Dengan seperti itu, semuanya akan terasa ringan, bukan?. Si anak akan merasa bahwa orang tuanya sangat memperhatikan pendidikannya. Mengharapkan anaknya mendalami ilmu agama. Sangat peduli dengan dirinya dan sebagainya. Juga si anak akan memahami kenapa ia masuk pesantren.

                Mari kita menjadi masyarakat yang cerdas dalam memaknai dan melihat sesuatu. Sebuah kalimat negative akan sangat mudah diingat dan bahkan sangat merekat dalam fikiran manusia, tetapi, jika kalimat baik justru akan mudah sekali hilang dari ingatan.

                Saya menulis seperti ini karena kebetulan saya juga seorang santri yang sekarang naik tingkat jadi alumni santri. Dunia alumni santripun sangat menakutkan, mungkin akan saya bahas dipostingan selanjutnya.

                Dan mari kita sama-sama belajar ilmu agama di temapt yang lebih strategis dan cocok. Saran saya adalah dengan mendaftarkan di pesantren. Apalagi melihat arus zaman yang semakin sulit ini. Khawatir anak tidak dapat membentengi diri dan orang tua juga bisa luput untuk pengawasan. Dan terutama jangan lupa kalimat pengantar adalah hal yang penting.

                Mari kembali ke pendidika pesantren

Wednesday, June 6, 2018

Problematika, Dilematika Ujian: Bagaimana, Pilih yang Mana


                Hari ini saya kembali dikecewakan oleh diri sendiri. Akibat kenangan beberapa tahun lalu yang terukir bersama di masa putih abu-abu. Ini bukan kenangan biasa. Kita menjalani hampir 3 tahun. Dan semua kenagan itu hancur di akhir tahun ke 3. Sedikit mengecewakan, tetapi memang kehancuran itu sudah sesuai prosedur, sesuai perjanjian tak tertulis kita. Dan hari ini saya dibuat untuk teringat masa-masa itu. MALU…. Saya MALU dibuatnya….


Sebenarnya ini adalah hal yang lumayan sensitive, bagaimana tidak, ini menyangkut HAM (Hak Asasi Manusia). Tetapi perlu diingat saya juga manusia yang mempunyai hak.

Sudah beberapa hari ini instansi saya mengadakan ujian akhir semester, rutinitas setiap akhir semester. Namun tentu ujian di perkuliahan berbeda dengan di sekolah. Ujian itu bisa berua soal yang dikerjakan di rumah, di kelas, open book, open phone dan sebagainya. Hanya ada satu hal yang tetap sama di berbagai ujian baik diberbagai tingkatan. HONESTY

Saya berbicara tentang kejujuran bukan berarti saya seorang yang jujur di setiap ujian kapanpun dimanapun. Saya juga manusia biasa yang bisa digoda setan, walaupun sudah berusaha keras untuk memegang prinsip itu, Astaghfirullah

Tetapi yang sangat membuat saya malu, semakin tinggi tingkat pendidikan sesorang justru malah semakin tinggi juga tingkat ketidak jujuran. (ini hanya perbandingan sepihak dari saya pribadi berdasarkan perjalanan pendidikan dari SD hingga Kuliah).

Bercerita sedikit mengenai ujian/ ulangan di riwayat pendidikan saya yaitu di Madrasah Aliyah/SMA agar tidak terlalu jauh dengan jenjang yang sedang saya alami. Apapun jenis sekolahnya baik dengan latar belakang agamis atau umum yang namanya ulangan harus jujur tidak boleh curang.

Dari kelas sepuluh sampai dua belas Alhamdulillah Allah selalu memberi kami rasa malu dan bersalah ketika curang. (bersyukurlah jika kalian merasakan, tandanya Allah masih peduli dengan memberi rasa itu). Yang lebih bersyukurnya saya dianugrahi teman yang anti curang, dan Allah mengizinkan saya untuk terpengaruh tidak curang. BERAT, karena di sekolah kita masih bersaing rangking. Tetapi tentu ada jalan untuk tetap bisa bersaing di rangking. Di sini saya di paksa untuk belajar sungguh-sungguh, apalagi saya mempunyai kakak yang terbilang berprestasi sehingga sebuah kemaluan jika saya tidak bisa berprestasi. Jujur saja.

Ada hal unik semasa Madrasah Aliyah saya dulu, sepengamatan saya satu kelas saya dulu ( XI, XII IPA) tidak bakal curang jika semua warga kelas tidak curang (membuka buku) . Sekalipun ada yang curang, selepas ulangan seperti mempunyai kesalahan besar dan kemudian seperti tidak tenang. Namun, ketika kami berada di titik puncak kebingungan barulah kami bersepakat untuk membuka buku. Dan harus dibagi satu kelas. Berarti tetap saja kita tidak jujur, tetapi setidaknya tingkat ketidak jujuran kami rendah. hehe

Karena perjanjian tidak resmi itu, kami harus lebih giat belajar agar bisa menjawab soal ulangan. Belajar hingga larut malam, pantang tidur sebelum hafal dan paham. Yang sangat disayangkan kami kalah melawan hawa nafsu diri sendiri ketika Ujian Nasional.

Curang tentu sangat popular di kalangan pelajar ketika ulangan. Semua tergantung pada kita dan kembali pada kita yang memilih dan menentukan. Ingin bersenanga senang dahulu, bersakit-sakit kemudian atau sebaliknya.

Memang benar jika dikatakan prilaku seseorang itu akan mirip prilaku sahabat/ teman/ dengan siapa bergaul. Dengan siapa dia berteman akan seperti itu juga dia.

Bukan berarti juga saya tidak ingin berteman dengan siapapun yang curang karena kalau kita selalu berteman dengan orang baik, kita tidak akan pernah tau bagaimana bentuk suatu kecurangan. hehe

Manfaat dari curang adalah mendapat nilai yang bagus. Namun apalah arti sebuah nilai jika di dapat dari hal yang haram.

Kemudian fenomena yang terjadi sekarang ini jika masih ada siswa atau mahasiswa yang berbuat curang siapa yang harus membantu menyelesaikan???.

Wal akhir, sebenarnya saya hanya mempermalukan diri saya yang belum bisa berbuat maksimal dan  memberi pengaruh agar membudayakan ujian jujur dan pentingnya belajar sungguh-sungguh. Jangankan ingin membawa pengaruh, kualitas belajar sayapun sangat turun, bereda semasa di sekolah. (nampaknya saya terlalu larut kedalam dunia anak sosial yang katanya santai, padahal salah penafsiran ini :D)

Saya ingin teman yang mau mengingatkan akan akhirat dan mampu saling menguatkan…..

bersambung.... in the next page in syaa Allah

Monday, June 4, 2018

Buka Stand Yakin Untung atau Berani Buntung

   


   
      Rabu-jum'at, 2-4 Mei 2018 PK IMM ULM Banjarmasin ikut serta meramaikan bazar yang diadakan oleh Hima Pendidikan Ekonomi FKIP ULM. Sebenarnya setiap tahun masing-masing HIMA di FKIP selalu mengadakan bazar dalam acara diesnatalisnya, namun baru kali ini IMM ULM dibukakan hati dan diberi kekuatan siap menerima segala resiko.
      Kalau berbicara tetangga stand tentu membuat kita ciut, bagaimana tidak, mereka pekerjaan utamanya adalah pedagang yang lumayan terkenal di Banjarmasin, sedangkan kami adalah mahasiswa yang aktif kuliah :D.
     Hari pertama, rabu, kami belum bisa menjual apa-apa. Sebenarnya info mengikuti bazar ini sudah sejak lama tetapi karena entah kelalaian atau ada kesibukan yang menjadikan semuanya terbengkalai. Memang di akhir april lalu ada kegiatan besar yang juga saya sendiri menjadi panitia sekaligus instruktur dadakan di acara tersebut. Namun sebenarnya itu tidak bisa diterima untuk dijadikan alasan. Ya! itu memang kekurang kami yang bisa melalaikan.
     Di  hari kamis kami memulai untuk menjual beberapa produk produksi kader sendiri. dan alhamdulillah, ludes.
     Di hari berikutnya, jum'at kami menjual produk produksi kader sendiri. dan alhamdulillah di hari itu kami bisa berbagi dengan orang lain. dalam artian produk kami tidak habis. Karena banyak kecerobohan yang kami lakukan.
     Mungkin jika membaca beberapa paragraf di atas, pembaca sudah bisa menyimpulkan bahwa kami adalah orang yang ceroboh dan lalai. Namun, sebenarnya itu hanyalah godaan bagi para pembaca. Sampai batas mana pembaca dapat menahan rasa suudzonnya.
     Kami masih sangat baru belajar dan merintis, apalagi darah muda adalah dara yang menggebu-gebu, sehingga masing-masing mempunyai darah yang panas. bagaimana bisa memanagemen para kaum muda jika tidak ada yang tua. Oleh dari itu kami memberanikan diri untuk membuka stand di bazar ini untuk menambah list pengalaman dan dapat mengambil pelajaran dalam kegiatan tersebut.
     pelajaran pertama, sebegitu pentingnya akan sebuah prencanaan. dalam teori memang sudah pernah kami pelajari khususnya saya karena memang kebetulan background prodi adalah pendidikan ekonomi. namun hanya tau teori. disini akhirnya saya dapat benar-benar memaknai sebuah teori.
     pelajaran kedua, makna sebuah kebersamaan. dalam mempersiapkan semuanya di hari H sampai kita perlu untuk bermalam. menghabiskan malam bersama para kader. di stand pun kami sering berkumpul dan membahas apapun. seakan-akan kami hanya menyewa untuk duduk-duduk.
     pelajaran ketiga, pentingnya harus berani promosi. kalau dilihat bentuk promosi sangatlah mudah namun ketika sudah praktik terjun itu rasanya sangat berat keculai dengan teman-teman sebaya.
    itu dulu yang dapat saya bagi. terutama yang dapat diambil dan dirasakan adalah menahan rasa sabar di hati.

terima kasih Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah lagi-lagi di sini aku harus terus belajar bersabar setelah aku lulus ujian kesabaran di Pondok pesantren. semoga Allah mengistiqomahkan hati untuk selalu ada Dia di hati saya.

     dan perlu diketahui untung kami sangat sedikit tetapi kami puas