"Singkat cerita sebenarnya sempat terbesit di benak saya, ini kok responnya seperti ini, kira-kira berkenan tidak ya, dan banyak lagi pikiran-pikiran negative yang terlintas."
Selasa, 17 April 2018 lalu kampus saya mengadakan kunjungan studi banding di Universitas Pendidikan
Indonesia tepatnya studi banding dengan Fakultas Pendidikan Ekonomi. Di UPI Pendidikan
Ekonomi adalah sebuah Fakultas, berbeda
dengan pendidikan ekonomi di Universitas Lambung Mangkurat yang adalah sebuah
Program Studi dengan memiliki dua konsentrasi Pendidikan Bisnis dan Pendidikan
Akuntansi, namun saya do’akan kalau memang bisa, layak dan sesuai semoga
Pendidikan Ekonomi di ULM juga segera menyusul menjadi sebuah Fakultas, Aamiin.
Beberapa hari
sebelum keberangkatan saya sempat menghubungi seorang teman yang berkuliah di
UPI Bandung. Sebenarnya saya seperti sudah lancang dan pe-de sekali
kalau menyebut dia teman, mungkin kalau dia membaca cerita ini dia akan berucap
“ai maneh saha?” karena bertemu
pun tidak pernah, jangankan bertemu, berkenalanpun baru saat pertama kali
menghubunginya.
Singkat cerita
sebenarnya sempat terbesit di benak saya, ini kok responnya seperti ini,
kira-kira berkenan tidak ya, dan banyak lagi pikiran-pikiran negative yang
terlintas. Namun, saya berusaha menghibur diri saya sendiri dengan
berhusnudzon maklumlah kan yang dihubungi berjenis kelamin laki-laki, kalau
terlalu mendayu-dayu nanti jatuhnya malah aneh. Dan tentunya penyemangat
yang tak kalah kuat adalah ‘niat’ untuk apa saya ingin bertemu.
H-1 pun tiba
lagi-lagi saya hubungi untuk bertanya kejelasan, karena mana ada manusia yang
ingin di gantung, bisa matilah kita. Alhamdulillah setidaknya ada respon walau
tetap saja ada sedikit rasa khawatir jika malah akan mengganggu aktivitas
mereka. The power of pasrah.
The day, saya
putuskan untuk tidak menghubungi, apapun yang terjadi yoweslah. Pukul 10.26
ada pesan masuk “gimana mbak udah di upi?”. Alhamdulillah. Singkat cerita tentu kita bertemu walaupun belum pernah bertemu ada satu
tanda yang bakal mudah di ketahui, pakaian merah marron. Berbicara mengenai
cara bertemu dengan orang baru jadi teringat dengan kisah pertemuan saya dan
partner sebelum DAD, hanya iklan.Kembali ke topik. Alhamdulillah
silaturahmi kita disambut hangat oleh teman-teman UPI, walau hanya berdua
tetapi mereka yang menemui saya –kita- adalah para pejuang dan petinggi
di PK IMM UPI, satu ketum demisioner dan satu ketum belum dilantik dalam artian
fresh terpilih.
Sedikit sharing
dengan mereka ternyata keadaan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di UPI dan di ULM
tidak begitu jauh berbeda, apakah memang
keadaan ini terjadi rata-rata ada di setiap kampus PTN, atau hanya di beberapa
saja?. Keadaan yang di maksud di sini sangat luas, baik negatif atau positif. Menurut pengamatan hanya terjadi di beberapa PTN saja, karena
seperti di UIN Antasari Banjarmasin, Unair, dan banyak lagi mereka sudah
mempunyai korkom yang artinya di kampusnya memiliki lebih dari satu komisariat,
dan itu sunggu luar biasa. Tetapi sekali lagi di masing-masing komisariat saya sangat percaya pasti mempunyai kelebihan tersendiri baik di bidang keagamaan, keilmuan, dan kemasyaraktan.
Terima kasih kepada
teman-teman dari Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah UPI Bandung
ketum Syahrun dan mantum Mas Amin yang sudah bersedia menemani saat di UPI,
juga atas hasil bincang-bincang yang inhsaa Allah bisa diambil hikmahnya dan
yang awalnya ingin jalan-jalan malah hanya duduk-duduk saja, yang sudah ngajak
makan tapi kami merasa tidak enak dengan teman-teman yang lain, padahal
sejujurnya ingin sekali merasakan makanan di kantin UPI dan itu termasuk
ekspektasi saya. Ketika teman-teman yang lain hanya berjalan-jalan keliling UPI
ditemani guide dari BEM saya hanya akan duduk-duduk di kantin seraya
bercengkrama dengan anak-anak IMM UPI sambil melihat teman-teman yang lain
keliling-liling, -terkesan jahat sekali ya, namun siapa sangka, bisa jadi
hanya dengan duduk-duduk bisa jauh lebih banyak mendapat informasi dan banyak
manfaat- karena awalnya saya dapat
bagian observasi.
Juga maafkan
kami bila ada tingkah, ucapan, perbuatan dan langkah kami yang membuat tidak
berkenan. Relakan. Semoga suatu waktu bisa bertemu atau sharing lagi.
Untuk kali ini
hanya bisa menggunakan kalimat “ayo sama-sama berjuang bukan ayo berjuang
sama-sama”, karena sudah terkait beda letak geografis, pun masih bisa digunakan
“ayo berjuang sama-sama” tetapi dalam lingkup memajukan ikatan.
Sekian, panjang
cerita dari perjalanan kehidupan, Alhamdulillah terima kasih atas segalanya. (Kunwa)
Billahi fii sabiilil haq, Fastabiqul Khairat
Beberapa moment yang sempat terabadikan, iya saat momen berfoto.
PK IMM ULM Banjarmasin dan
PK IMM UPI