Sabtu, 7 Oktober 2017...
Sore ini setelah melaksanakan rangkaian agenda IMM sejak pagi, kemudian di sambung dengan berselancar menuju ladang ilmu.
Perselancaran sore ini disertai turunnya rahmat Allah yang alhamdulillah lumayan lebat. اللهم الصيب النافع. Selain sedang diturunkannya rahmat-Nya listrik mushola pun sedang memadamkan diri. Sehingga ruangan menjadi lumayan gelap apalagi disertai mendung dan memang masa yang mulai berganti ke malam.
Berada di keaadaan seperti ini di tengah-tengah perselancaran tiba-tiba saya teringat dengan masa itu. Masa di mana kita sama-sama bersaing selalu berusaha bersama dan terus bersama Al-qur'an. Sore itu sedang mati lampu dan di sertai kabut. Kita sedang berkumpul di depan dengan pencahayaan seadanya, karena memang handphone kami harus dikumpul, hanya ada beberapa saat itu yg ada di tangan kami entah karena apa jadi diizinkan mengambil. Di sana memang sering sekali kabut, karena berada di dataran tinggi, yang bila hujan akan tumpah ada kabut yang nampak seperti awan yang turun dengan berangsur-angsur.
Mungkin bukan keadaan yang akan saya ceritakan tetapi justru ke perasaan. Menurut saya masa itu adalah masa-masa terindah, masa-masa hati terasa begitu tentram nyaman walau berhadapn dengan suhu yang sangat dingin -mandipun sekali sehari, bahkan sampai berjemur untuk menghangatkan badan, itupun tetap tidak berkeringat-. Masa di mana kita semua sedang berusaha menakhlukkan diri sendiri, hawa nafsu yang sangat mengganggu. Semua sama-sama selalu ingin bersama kalam-Nya. Setiap waktu selalu terdengar suara-suara itu. Di mana-mana bertemu dengan mereka-mereka -kita- yang sedeng berusaha mendekatkan diri dengan cara menghafalnya.
"Sebenarnya bukan perkara seberapa banyak hafalan yang kita miliki, namun seberapa banyak Al-qur'an dapat merubah akhlak dan cara pandang kita terhadap dunia."
Itu pesan yang selau ustadz kami ingatkan
Di sana kita bagai keluarga, keluarga dadakan katanya. Apalagi di tambah ketika kedatangan para bocil-bocil. Walau tanpa kedatangan bocil-bocil juga kami sudah seperti keluarga. Masak, makan, tidur, bermain, cerita, dan segala kegiatan sehari hari. Bahkan sempat suatu saat ada kesalah pahaman diantara kita, sholat berbatas tenda besar jadi serasa sholat di belakang gunung. Sebab ketegangan itu suasana rumah begitu sunyi, karena yaaa itu tadi, terjadi kesalah pahaman. Entah mengapa bisa seperti itu :D. Sampai pada akhirnya kita semua dikumpulkan 😅 -disaat itu tuh kerasa banget, apasih sampai harus segininya -. Tapi yaa itulah tanda sayang, cinta, peduli, tanggung jawab terhadap keluarganya.
Jika tiba-tiba teringat semuanya terjadi gejolak di hati, bingung. Suatu saat saya merasa sangat senang karena menjadi bagian dari keluarga besar, namun suatu waktu pernah berfikir kenapa saya harus mengenal kalian-kalain para panutanku hingga membuatku sangat ingin mengulang masa itu lagi. Mungkin ini yang namany disimpan sakit, dibuang sayang....
Tetapi, tentu ini semua ketetapan Allah, sekenario dari Allah, sekenario terbaik, dan pasti ada hal spesial yang telah Allah siapkan. Tergantung dengan diri kita terus berhusnudzan selalu kepada Allah atau sebalikanya.
Sekian dari saya Aulia Kurnia Wati keluarga bla bla bla *untuk penyamaran tidak akan dilanjutlan kalimat selanjutnya :)
بالله في سبيل الحق..........